Senin, 01 Agustus 2011

Teori–teori Belajar

Untuk lebih mendalami hakekat belajar perlu dikemukakan teori belajar oleh beberapa ahli. 
1). Teori Piaget
Menurut Jean Piaget  proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, dalam hal ini Piaget membagi menjadi 3 tahap yaitu:
(a)    Tahap Praoperasional, sampai umur 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah.
(b)    Tahap Operasi konkret, ketika anak berumur 7 sampai 14 tahun.
(c)    Tahap Operasi formal, ketika anak berumur 14 tahun atau lebih.
( Nasution, 2005:7-8)
2) Teori Robert M. Gagne
Gagne mengemukan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar yaitu sebagai berikut:
(a)    Keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca, tulis, hitung, sampai kepada pemikiran yang rumit.
(b)    Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang didalam arti seluas-luasnya, temasuk kemampuan memecahkan masalah.
(c)    Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
(d)   Keterampilan motorik yang diperoleh disekolah.
(e)    Sikap dan nilai, berehubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang.
(Mulyani Sumantri dkk, 2001:14)
Robert M. Gagne membedakan 8 type belajar yakni
(a)    Signal learning ( belajar isyarat)
(b)   Stimulus – response learning ( belajar stimulus respons)
(c)    Chaining ( rantai atau rangkaian)
(d)   Verbal association ( asosiasi verbal)
(e)    Discrimination learning (belajar diskriminasi)
(f)    Concept learning (belajar konsep)
(g)   Rule learning (belajar aturan)
(h)   Problem solving (memecahkan masalah)
(Nasution, 2005:136)
3) Teori Konektionisme
Menurut Thorndike, dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera (sense imprision)dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan anatar stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi.
Thorndike mengemukan beberapa prinsip atau hukum diantaranya;
(a)    Law of effect
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat, kalau disertakan dengan perasaan senang atau puas dan sebaliknya kurang erat atau bahkan bisa lenyap kalau perasaan tidak senang.
(b)   Law is multiple response
Dalam situasi problematis, kemungkinan besar respon yang tepat itu tidak segera nampak, sehingga individu yang belajar itu berulang kali mengadakan percobaan sampai respon itu muncul dengan tepat.
(c)    Law of exercise atau Law of use and disuse
Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan.
(d)   Law of assimilation atau law of analogy
Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberi respon yang sesuai dengan situasi sebelumnya.
(Sardiman, 1990:34-36)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar