Sabtu, 17 September 2011

Intelligence Quotient (IQ )- Logic

William  Stern memberikan batasan kecerdasan ( intelligensi ) sebagai kesanggupan untuk  menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. Howard Gardner dalam Agus Efendi ( 81), memberikan batasan kecerdasan adalah kemampuan  untuk memecahkan atau menciptakan
sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan Binet dan Simon dalam Agus Efendi ( 81), memberikan batasan kecerdasan terdiri tiga komponen : yakni komponen mengarahkan pikiran dan atau tindakan, kemampuan mengubah arah tindakan jika tindakan tersebut telah dilakukan dan kemampuan mengkritik diri sendiri. Tony Buzan (2001) mendefinisikan kecerdasan  kreatif dengan kemampuan untuk berpikir dengan cara -cara baru  - menjadi orisinil , dan bila perlu berani tampil beda.
          Dari beberapa definisi tentang intelligence atau kecerdasan diatas terdapat kesamaan , yakni menunjuk kepada cara individu berbuat. Apakah individu tersebut berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat.
            Menurut Stern dan Waterink  kecerdasan sebagian besar tergantung pada dasar dan turunan.  Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh terhadap kecerdasan seseorang. Belum dapat dibuktikan bahwa kecerdasan dapat diperbaiki atau dilatih. Namun Frohn  berpendapat kecerdasan anak-anak yang lemah pikiran dapat juga dididik dengan cara yag lebih tepat. Kenyataan juga membuktikan bahwa anak-anak yang telah mendapat didikan dari sekolah menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik dari pada anak yang tidak bersekolah 
          Ngalim Purwanto (1990: 56), Pembentukan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kecerdasan. Pembentukan merupakan faktor keadaan  di luar diri  seseroang.  Pembentukan dapat berupa keadaan yang disengaja seperti  yang dilakukan di sekolah-sekolah maupun keadaan  yang tidak disengaja (pengaruh alam sekitar). Pertumbuhan jiwa tidak hanya terjadi dengan sendirinya karena kekuatan dari dalam saja, tetapi juga karena kekuatan dari  luar antara lain pendidikan dan pengajaran yang baik.
           Dari keterangan - keterangan   diatas dapat dijelaskan bahwa kecerdasan seseorang sangat dipengaruhi oleh factor luar seperti pendidikan dan pengajaran, singkatnya kecerdasan seseorang memungkinkan untuk berubah melalui pengalaman, pendidikan dan pengajaran.
            Gardner dalam buku Frames of Mind, 1983 tidak sependapat dengan kognisi manusia mempunyai kecerdasan tunggal tetapi merupakan kognisi dengan  kecerdasan jamak atau multiple intelligence. Individu memiliki beberapa kecerdasan yang bergabung menjadi satu kesatuan membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi . Gardner dalam Suparno ( 2007 ; 25 ) “inteligensi meliputi : kecakapan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan , kecakapan mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan, kecakapan membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam hidupnya. Gardner dalam Suparno ( 2007;22) membagi kecerdasan menjadi  sembilan macam yaitu: kecerdasan linguistic-verbal. merupakan  kecakapan berfikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Para penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, orator, penyiar adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan linguistic yang tinggi,  Kecerdasan matematis–logis, lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif seperti kepekaan pada pola logika,abstraksi,kategorisasi dan perhitungan. Kecakapan untuk menghitung, mengkuantitatif, merumuskan proposisi dan hipotesis, serta memecahkan perhitungan-perhitungan matematis yang kompleks. Para ilmuwan, ahli matematis, akuntan, insinyur, pemogram computer adalah orang-orang yang tinggi dalam kecerdasan matematis-logis nya, Kecerdasan ruang visual. merupakan kecakapan berfikir dalam ruang tiga dimensi. Seorang yang memiliki intelligensi visual-ruang yang tinggi seperti pilot, nahkoda, astronot, pelukis, perupa, arsitek, perancang dan lain-lain mampu menangkap bayangan ruang internal dan eksternal untuk penentuan arah dirinya atau benda yang dikendalikan atau mengubah, mengkreasi dan menciptakan karya-karya tiga dimensi nyata,   Kecerdasan kinestetik atau gerakan fisik, kecakapan melakukan gerakan dan ketampilan - kecekatan fisik seperti dalam olah raga, atletik, menari, kerajinan tangan,  dokter bedah dan lain-lain. Orang-orang  yang  memiliki kecerdasan kinestetik yang tinggi adalah para olahragawan, penari, pencipta tari, pengrajin professional ,dokter bedah dll .kecerdasan musik., kecerdasan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensasivitas terhadap melode, ritme, nada, tangga nada, menghargai bentuk-bentuk ekspresi musik. Komponis, dirigen, musisi, kritikus musik, pembuat instrument musik, penyanyi, pengamat musik adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan musik yang tinggi,  Kecerdasan hubungan social, kecakapan memahmi dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, watak, temperamen, motivasi dan kecenderungan terhadap orang lain. Orang-orang yang memiliki kecerdasan hubungan sosial di antaranya guru, konselor, pekerja social, aktor, pimpinan masyarakat, politikus dll. Kecerdasan kerohanian, kecakapan memahami kehidupan emosional, membedakan emosi orang-orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Kecakapan membentuk persepsi yang tepat terhadap orang, menggunakannya dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan yang lain. Agamawan, psikolog, psikiater, filosof adalah mereka yang memiliki kecerdasan pribadi yang tinggi. Kecerdasan lingkungan, kemampuan yang berkaitan dengan flora dan fauna.dan lingkungan hidup, Kecerdasan eksistensial., yang berkaitan dengan keberadaan manusia. Orang ini banyak bertanya tentang segala sesuatu.
        Manusia membutuhkan tiga kecerdasan untuk mengelola kehidupannya menuju keberhasilan. Tiga kecerdasan tersebut yakni :IQ, EQ, dan SQ Fungsi Intelligence Quotient (IQ)  adalah What I think (apa yang saya pikirkan) untuk mengelola kekayaan fisik atau materi (physical capital); fungsi Emotional Quotient (EQ) adalah What I fee” (apa yang saya rasakan) untuk mengelola kekayaan sosial (social capital); dan fungsi Spiritual Quotient (SQ) adalah What am I (siapa saya) untuk mengelola kekayaan spiritual (spiritual capital). (Republika, 5 Mei 2009 hal 7). 
        Terkadang  ketiga kecerdasan ini berjalan sendiri-sendiri atau tidak dikelola dengan baik, sehingga orang mengalami kegagalan hidup. Banyak  orang yang memiliki IQ tinggi, tetapi kering nilai-nilai spiritualnya dan tidak dapat mengendalikan emosi, sehingga terlibat tindak kejahatan.
        Menurut Stein, dan Book MD (2002:29-30), “IQ adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang”. Dengan demikian IQ berkaitan dengan ketrampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang nampak dan penguasaan  matematika.  IQ mengukur kecepatan untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi obyektif,  terlibat dalam proses berfikir, bekerja dengan angka, berfikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dengan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ tinggi-angka rata-ratanya 100- memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang dan (bukan kebetulan) meraih nilai yang baik dalam uji IQ.
        Kecerdasan kognitif atau IQ mengacu pada kemampuan berkonsentrasi dan merencanakan, mengelola bahan, menggunakan kata-kata dan memahaminya, memahami fakta dan mengartikannya. Pada hakikatnya, IQ adalah ukuran kapasitas informasi yang dimiliki seseorang- memori, perbendaharaan kata, serta koordinasi motorik dan visual.

      Inteligensi atau kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan tes yang disebut Test Inteligensi. Alfred Binet seorang dokter berbangsa Perancis dan pembantunya Simon adalah yang  pertama kali menemukan tes kecerdasan. Sehingga testnya terkenal dengan  test Binet Simon. Orang-orang yang terkenal dalam mengembangkan tes inteligensi antara lain Bobertag dari Jerman, Weahler  dari Inggris dan Terman dari Amerika.Test Binet Simon terdiri dari enam sub tes. Jumlah sub test yang bisa dijawab dengan benar menunjukkan usia mental (mental age) dari anak tersebut . IQ merupakan pembagian MA dengan  usia kalender (chronological age atau CA) dikalikan seratus. Sehingga rumusnya adalah  IQ = MA/CA x 100.Nilai relatif kecerdasan yang sudah diakui secara international adalah versi Woodwoorth dan Marquis tahun 1955 (wasty Soemanto, 1998: 154)  sebagai berikut:
Kualifikasi tingkatan inteligensi manusia
No
Nilai skor
Klasifikasi
1
140 ke atas
Jenius/luar biasa
2
120 – 139
Very superior/sangat cerdas
3
100 – 119
Superior/cerdas
4
90 – 99
Average/normal
5
80 – 89
Dull/bodoh
6
70 – 79
Border line/batas potensi
7
60 – 69
Moronsdebil
8
50 – 59
Embicile/embisil
9
40 – 49
Idiot

      Dalam pelaksanaan uji inteligensi criteria yang digunakan adalah jika siswa mampu berbuat/menjawab soal, perintah sebanyak-banyaknya. Semakin mampu menjawab sebanyak mungkin dengan benar, maka tingkat inteligensi siswa dikatakan optimal, sebaliknya semakin tidak mampu menjawab atau hanya sedikit jawaban yang dibuat dengan benar, maka tingkat inteligensi siswa dikatakan tidak optimal. Pada penelitian ini criteria  intelligensi siswa merujuk  pada versi Woodwoorth dan Marquis tersebut diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar