Sabtu, 17 September 2011

Gaya Belajar

Setiap orang mempunyai cara menyerap informasi, mengatur dan mengolahnya. Cara mengelola informasi seseorang  berbeda satu dengan yang  lain.  Cara seseorang mengelola informasi disebut gaya belajar.
            Shuell (1986) explains that “different ways used by individuals to

process and organize information or to respond to environmental stimuli refer to their learning styles”. Jensen (1998)  defines“ learning style as a sort of way of thinking, comprehending and processing information”. To  Kolb(1984) “learning style is a method of personal choice to perceive and
process information. ( Meryem Yilmaz-Soilu  dan Buket Akkoyunlu 2009 volume 8  page 43 Article 4)

Yang artinya Shuell (1986) menjelaskan bahwa "cara yang berbeda yang digunakan oleh individu untuk memproses dan mengatur informasi atau untuk menanggapi rangsangan lingkungan merujuk kepada gaya belajar mereka. Sedangkan Jensen (1998) mendefinisikan “ gaya belajar sebagai semacam cara berpikir, memahami dan memproses informasi ”. To  Kolb (1984) “gaya belajar adalah metode pilihan pribadi untuk  menerima dan memproses informasi”
( Meryem Yilmaz-Soilu  dan Buket Akkoyunlu 2009 volume 8  hal 43 Artikel 4)
            Dari berbagai definisi diatas disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara seseorang menyerap kemudian mengatur dan mengolah informasi . Dikatakan gaya belajar di satu sisi sebagai sensoris sedang di sisi lain, sebagai proses  mental. Belajar adalah kombinasi antara pengalaman, kognisi, persepsi dan perilaku. Model gaya belajar didasarkan pada pengertian belajar ini.
            Gaya belajar seseorang adalah bawaan lahir yang sulit dirubah ,namun demikian gaya belajar dapat dirubah dengan kondisi lingkungan belajar, walaupun membutuhkan waktu lama. Lingkungan belajar adalah faktor penting yang mempengaruhi prestasi belajar seorang pelajar. Bagaimana materi pelajaran disampaikan, media pembelajaran , kondisi lingkungan belajar  , karakteristik peserta didik, kemampuan dan pengalaman peserta didik , sebagai individualis  atau sebagai kelompok , dalam merencanakan suatu lingkungan belajar  Kemp , Morrison , Ross ( 1998 ) dalam Meryem dan Buket  (2009)
Though learning styles are not stable and unchangeable elements, it takes some time for them to change. That is why, it seems as an easier and more effective way to select and organize methods and strategies, classroom
environment and teaching materials according to learning styles rather than expecting the students to adapt to the existent organization. The literature is rich in studies focusing on learning environments which are designed with respect to the characteristics of the learner (Clariana, 1997; Stroot et al., 1998; Pimentel, 1999; Rourke and Lysynchuk, 2000).  Meryem Yilmaz-Soilu  dan Buket Akkoyunlu 2009 volume 8  page 43 Article 4)
.
            Meskipun gaya belajar yang tidak stabil dan merupakan elemen sulit dapat diubah, dibutuhkan beberapa waktu bagi mereka untuk berubah. Tampaknya  lebih mudah dan lebih efektif untuk memilih dan mengatur metode dan strategi pembelajaran,   lingkungan kelas dan bahan pengajaran yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik daripada mengharapkan para siswa untuk beradaptasi dengan organisasi yang ada. Dalam studi yang berfokus pada lingkungan belajar yang dirancang sesuai dengan  karakteristik pelajar akan memperkaya literatur siswa. (Clariana, 1997; Stroot et al., 1998; Pimentel, 1999; Rourke dan Lysynchuk, 2000).
            Porter & Hernacki (1999: 110) membagi tentang cara orang belajar menjadi dua kategori.  Pertama bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah yang disebut modalitas. Dan kedua dominasi otak, yakni bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi.  Gaya belajar adalah kombinasi dari modalitas dan dominasi otak, yaitu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap informasi dan kemudian mengatur dan mengolahnya.
        Gaya belajar (modalitas belajar) siswa terbagi dalam tiga kategori yakni visual, auditorial dan kinestetik. Pengkategorian  ini bukan berarti bahwa siswa hanya memiliki  gaya belajar tertentu. Orang visual belajar melalui apa yang dilihat. Orang auditorial belajar melalui apa yang didengar. Sedang orang kinestetik belajar melalui gerak dan sentuhan. Masing-masing memiliki  ciri-ciri tersendiri.
         Porter & Hernacki menyebutkan ciri-ciri orang visual:  rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti terhadap detail, mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi, pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka,  mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, mengingat dengan asosiasi visual, biasanya tidak terganggu oleh keributan, mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya, pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca daripada dibacakan, membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek,  mencoret-coret  tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak, lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato, lebih suka seni daripada musik, sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata, kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.
        Ciri-ciri orang auditorial adalah berbicara pada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh keributan, menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara, merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, berbicara dalam irama yang terpola, biasanya pembicara yang fasih, lebih suka musik daripada seni, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar, mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
        Orang-orang kinestetik, mempunyai ciri: berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, selalu beriorientasi pada fisik dan banyak bergerak, mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui manipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, tidak dapat mengingat geografi kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu, menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, kemungkinan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, menyukai permainan yang menyibukkan.
          Sistem identifikasi Visual,  Auditorial  dan  Kinestetik  (VAK) membedakan bagaimana seseorang menyerap informasi.Untuk mengatur dan mengolah informasi (dominasi otak) De Porter & Mike Hernacki menggunakan model yang awalnya dikembangkan oleh Anthony Gregore, seorang profesor di bidang kurikulum dan pengajaran di Universitas Conecticut. Kajian investigasinya menyimpulkan adanya dua kemungkinan dominasi otak: 1) persepsi konkret dan abstrak, 2) kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan acak (nonlinear).
        Adanya tiga gaya belajar ini untuk menunjukkan bahwa siswa memiliki gaya belajar tertentu yang paling menonjol.  Gaya belajar menjadi kunci untuk mengembangkan kinerja kegiatan sehari-hari; di sekolah (bagi pelajar), di lingkungan kerja (bagi pekerja), dan dalam situasi-siatuasi pribadi (sebagai anggota keluarga dan masyarakat). Berangkat dari kenyataan bahwa ada tiga kategori  gaya belajar, maka setiap orang atau siswa tentulah memiliki gaya belajar yang berbeda-beda dalam menyerap informasi baru. Harus diakui tidaklah ada gaya belajar yang mutlak pada setiap orang. Yang ada adalah gabungan dari tiga kategori tersebut, meski   tentu ada yang paling menonjol di antara ketiganya (visual, auditorial dan  kinestetik). Perbedaan  ini  berimplikasi pada perlunya pelayanan yang berbeda-beda pula.
        Guru perlu memahami gaya belajar yang dimiliki setiap siswa agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan memahami gaya belajar yang dimiliki para siswanya sangat membantu guru untuk  memilih metode pembelajaran yang tepat. Namun perlu dipahami bahwa pada  sisi lain dalam kondisi tertentu tidaklah mungkin seorang guru dapat memberikan pelayanan  secara individual, menyesuaikan dengan gaya belajar yang  dimiliki setiap siswa. Untuk mengatasi persoalan ini maka perlu diupayakan agar guru menyajikan materi dengan metode yang memungkinkan tiga kategori gaya belajar tersebut dapat terakomodir. Dengan demikian semua siswa terlayani sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki masing-masing.
      Rita Dunn, seorang pelopor di bidang  gaya belajar sebagaimana dikutip Bobbi DePorter & Mike Hernacki telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Variabel-variabel tersebut mencakup faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian siswa ada yang dapat belajar dengan baik di tempat yang sepi. Ada juga yang suka di tempat ramai. Siswa lainnya, nyaman belajar secara kelompok. Sebagiannya lagi nyaman belajar jika ditemani  musik lembut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar