Selasa, 13 September 2011

Konsep Diri


Konsep diri merupakan keseluruhan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan Lingkungan ( Hendriawati,2009: 138). Menurut Rudolph E Verderber dalam Alex Sobur ( 2003: 506) mendifinisikan konsep diri  sebagai ” A collectioan of perception of  ever aspect of your appearance, physical and mental capabilitities, vacational potencial, size, strengkth and so forth  dan William D Brooks mendifinisikan konsep diri sebagai “ those physical, social and psychological perceptions of ourselves that we derived from experiences and our interaction with others” ( dalam Jalaludin Rahmat, 2008: 99) . Menurut Burns dalam Slameto ( 1988: 184) konsep diri “ self concept refers to the connection of artitudes and beliefs we hold about ourselves” konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai  dirinya sendiri.dan terdiri dari keyakinan-keyakinan, evaluasi dan kecenderungan perilaku.
Senada dengan itu Gage dan Barliner ( 1984: 187-188) menyatakan konsep diri merupakan suatu totalitas persepsi kita tentang diri sendiri, sikap kita terhadap diri kita sendiri, yaitu bahasa yang kita gunakan untuk menggambarkan diri kita sendiri.  Menurut Stuart dan Sudeen dalam Jumadi( 2004:34)  konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. berdasarkan  pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud konsep diri adalah aspek fisik, aspek sosial dan aspek psikologis  yang memberikan persepsi tentang diri kita berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan orang lain.
            Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus berlangsung dan terdiferensiasi.  Menurut Mallcolin Hardy dan Steve Heyes ( 1988: 142)  Konsep diri dipengaruhi oleh (1) reaksi dari orang lain, (2) pembandingan dengan orang lain, (3) peranan seseorang dan (4) identifikasi terhadap orang lain . Pudjijogyanti  ( 1988: 13) berpendapat bahwa konsep diri dipengaruhi oleh empat faktor , yaitu (1) citra fisik, (2) jenis kelamin, (3) perilaku orang tua , dan  (4) faktor lingkungan social. William H. Fitts dalam Hendriati ( 2009:139) mengatakan bahwa konsep diri dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut:1) pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga. 2) Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain. 3) aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarnya.Jalaluddin rakhmat ( 2008:100-104) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah orang lain dan kelompok rujukan. Orang lain yang paling berpengaruh adalah orang-orang yang paling dekat, seperti orangtua, saudara, dan orang yang tinggal satu rumah. Dari mereka perlahan-lahan konsep diri terbentuk. Senyuman, pujian, penghargan, pelukan menyebabkan seseorang menilai dirinya secara positif. Ejekan, semoohan dan hardikan emmbuat seseorang memandang dirinya secara negatif. Kelompok rujukan adalah kelompok yang secara emosi mengikat dan mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Seperti rukun tetengga( RT), persatuan bulutangkis, dan lain lain. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang adalah orang tua, saudara-saudara, teman sebaya, masyarakat dan pengalaman.
            Untuk dapat mencapai keberhasilan atau sukses yang didambakan oleh setiap individu, maka diperlukan upaya-upaya sistematik dan intensif untuk memberdayakan diri sendiri. Pemberdayaan diri, menurut kajian psikologi sebaiknya dimulai dengan membangun konsep diri positif. Konsep diri positif mengandung arti bahwa individu harus mempu meletakkan atau memposisikan dirinya sebagai diri yang berdaya , tidak memandang diri pribadinya dari perspektif negatif. Konsep diri positif  diantaranya ditandai beberapa hal :
1.      Pengetahuan yang luas tentang diri sendiri.
2.      Memahami kelemahan dan kelebihan diri.
3.      Memiliki keinginan yang kuat untuk berubah.
4.      Mampu menghargai orang dan mampu menerima orang lain apa adanya.
5.      Mampu secara terbuka menerima kritikan orang lain.
6.      Memiliki sistem pertahanan diri yang kuat.
7.      Memiliki kontrol internal diri.
Sebaliknya konsep diri negatif memiliki beberapa ciri, diantaranya :
1.     Pengetahuan tentang diri sendiri sempit.
2.     Memiliki pemahaman diri yang parsial.
3.     Tidak memiliki keinginan diri yang kuat untuk berubah
4.     Kurang dapat menghargai dan menerima orang lain apa adanya.
5.     Tidak mau dikritik
6.     Mudah terpengaruh oleh lingkungan negatif.
7.     Pengendalian/kontrol  diri eksternal (Aunurrahman, 2009: 12-13)
            Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.
            Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. . Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa bodoh, namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai.
            Dalam kenyataannya tidak  ada orang yang benar-benar memiliki konsep diri positif atau negatif secara ekstrem, namun dalam bahasa psikologi  lebih menunjukkan adanya kecenderungan  kearah konsep diri negatif atau positif. Menurrut Burns ( 1993: 109) dalam mengukur konsep diri terdapat dua metode , yaitu : (1) dengan memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melaporkan tentang dirinya sendiri didalam merespon item-iten yang di tes, (2) konsep diri individual dapat diduga dari tingkah laku yang diamati oleh seseorang pengamat tunggal atau sejumlah pengamat dari luar.
            Untuk memperoleh data mengenai konsep diri siswa , maka diperlukan indikator-indikator  sebagai petunjuk adanya konsep diri yang hendak diukur. Empat aspek konsep diri yang dibuat dlam bentuk kisi-kisi , meliputi aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial dan aspek akademis . Indikator aspek fisik meliputi : penerimaan terhadap bentuktubuhnya, penampilannya, pandangannya mengenai bentuk bagian tubuhnya, kondisi tubuhnya, pandangan orang lain terhadap fisik dan penampilannya, dan perasan yang sering muncul bila berhadapan dengan orang lain.
            Indikator aspek psikis meliputi : perasaan tentang keberasaan dirinya, sikapnya terhadap apa yang ada pada dirinya, kemauan yang sering muncul dari dalam dirinya, dan fikiran tentang dirinya sendiri. Indikator aspek sosial, meliputi: perasaan dirinya sebagai anggota masyarakat,  hubungannya dengan teman-temannya, tanggapan orang lain terhadap dirinya, kerjasama dengan orang lain, sikapnya terhadap apa yang telah dilakukan dan apa yang dilakukan orang lain terhadap dirinya dan penampilannya didepan umum. Indikator aspek akademis, meliputi: sikap terhadap pendidikan, sikap terhadap materi  dan pelajaran sejarah, kesadaran untuk belajar sejarah, menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran sejarah, perhatian terhadap tugas dan buku-buku sejarah. Dan nilai yang dicapai dalam mata pelajaran sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar