Selasa, 13 September 2011

Pembelajaran bermodul


Association of Educational communication and Technology (AECT) dalam Sri Anitah memasukkan modul sebagai sumber belajar, resourscs by design( sumber belajar yang dirancang), maksudnya sumber belajar itu sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran ( 2008: 5)

            Batasan pengertian modul yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional ( 2004:4) ialah sebagai berikut : modul adalah bagian pembelajaran yang spesifik dan lengkap terkait dengan satu atau sejumlah kompetisi , suatu modul dapat diakses secara terpisah –pisah dan dapat dipahami secara mandiri.
Sementara W.S. Winkel ( 2007: 472 )  menyatakan  bahwa modul merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dapat dipelajari siswa  sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri( self- instruction) , setelah menyelesaikan satuan satu , dia melangkah dan mempelajari satuan berikutnya.  Stephen Downes berpandangan bahwa modul merupakan primary unity of instruction yang memuat sekumpulan  bahan pendidikan, mekanisme komunikasi dan interaksi, tugas-tugas spesifik, dan komponen evaluasi ( http://victorian.fortunecity.com/vangogh/555/disted/modularity.htm1)
            Lebih lanjut Winkel ( 2007:472) menjelaskan modul pengajaran, merupakan suatu paket bahan pelajaran ( learning materials) yang memuat diskripsi tentang tujuan pelajaran yang khas, lembar petunjuk  guru yang menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi siswa, lembar kunci jawaban pada kertas kerja siswa dan alat-alat evaluasi.  
            Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modul merupakan sumber belajar mengajar terkecil yang terdiri dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai, materi pelajaran yang dapat dipelajari siswa sendiri, petunjuk untuk guru, tugas-tugas untuk siswa dan cara siswa mendapatkan umpan balik.  
            Penggunaan modul dalam proses belajar mengajar menurut Tamsik Udin dan Sopandi dalam Sugiyarti ( 2002: 12)  adalah untuk : 1) tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif, 2) murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya masing-masing. 3) Murid dapat menghayati sebanyak mungkin dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik dibawah bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru. 4) Murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan. 5) Murid menjadi titik  pusat kegiatan belajar mengajar. 6) Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap ahkir modul. 7) Modul disusun dengan dasar kepada konsep “mastery learning” yaitu suatu konsep yang menekankan bahwa murid harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul.
            Nasution ( 2008: 205-206) menyatakan tujuan pengajaran modul adalah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing.  Dianggap bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak sedia mempelajari sesuatu dalam waktu yang sama. Pengajaran modul juga memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing. Dengan anggapan bahwa setiap siswa tidak mempunyai pola minat atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran modul juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remedial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar