Selasa, 13 September 2011

Teori Kognitif Piaget

Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran. seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman sebelumnya.

Pendapat Piaget tentang  perkembangan kognitif dinyatakan dalam Margaret E. Bell Gredler,(1994 : 311). sebagai berikut : "Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Secara singkat, asimilasi ialah pemaduan data baru dengan struktur kognitif yang ada, akomodasi ialah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi haru dan ekulibrasi adalah penyesuaian kembali yang terus-menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi"
Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989:152). membagi proses perkembangan kognitif menjadi beberapa tahapan, dimana pada setiap tahapnya memiliki ciri dan disesuaikan dengan umurnya. Pada setiap individu ada tingkat perkembangan intelektual, sebagai berikut :a) Sensori motor (0-2 tahun ), b) para-operasional (2-7tahun), c) operasional konkret (7-11 tahun ), d) operasi formal (11 tahun ke atas )" Dengan memahami analisa perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget dapat diketahui bahwa siswa SMA kelas XII adalah individu yang berusia sekitar 17 tahun yang berarti termasuk dalam tingkat perkembangan intelektual operasi formal. Siswa tersebut memiliki ciri  anak operasional formal yakni berpikir hipotesis deduktif, mereka merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan mencetak data terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang tepat. Selain itu anak remaja berpikir kombinatorial, meliputi semua kombinasi benda-benda, gagasan-gagasan atau preposisi yang mungkin.dan berpikir refleksif, yakni berpikir sebagai orang dewasa. Ia dapat berpikir kembali pada suatu seri operasi mental.Dalam pembelajaran berbasis masalah  yang menggunakan metode proyek maupun resitasi, siswa SMA akan melakukan serangkaian kegiatan pengamatan untuk memperoleh data. Selanjutnya siswa akan mampu mengorganisir data dalam bentuk tabel dan mampu membuat kesimpulan dengan mengkaitkan serangkaian pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki serta mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka kepada orang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar